Jumat, 29 Oktober 2010

Sejarah Pita Seluloid


Di jaman sekarang, kebanyakan orang mengenal film sebagai media yang dibuat secara digital. Padahal film diawali oleh teknologi pita filmseluloid, bahkan sebenarnya di jaman sekarang pita film seluloid ini masih dipergunakan oleh banyak pembuat film yang serius di bidangnya.
Bila ditinjau dari bahannya, seluloid adalah sejenis plastik yang berbahan nitroselulosa. Karena itu bahan ini jadi mudah terbakar, bahkan kecepatan bakarnya lebih cepat dari kertas. Seluloid ditemukan pada tahun 1868. Selain pada pita film, bahan ini bisa ditemukan juga pada film untuk kamera foto dan bola pingpong.
Dalam penggunaannya, pita seluloid tidak bisa merekam gambar secara langsung, diperlukan media rekam lain yaitu DAT (Digital Audio Tape) untuk melakukan perekaman gambar. Dalam industri film, Anda mengenal beberapa jenis pita film seluloid, meski sebenarnya bila membicarakan ukuran pita seluloid, maka pembicaraan juga kerhubungan dengan tipe kameranya, karena pita seluloid memerlukan kamera khusus untuk mengoperasikannya.
Pita 8 mm
Pita ini dibuat untuk kamera khusus yang dikembangkan oleh Eastman Kodak pada tahun 1932 dengan tujuan bagi para pengguna rumahan. Maka dari itu produksi film dengan pita 8 mm dihitung lebih murah daripada ukuran yang lain.
Ukuran 8 mm itu mengacu pada jarak diagonal tiap frame pita. Rata-rata pita film seluloid jenis ini mampu merekam antara 3 -5 menit, dan bergerak pada kecepatan 12, 15, 16, dan 18 frame per detik.

Pita 16 mm
Pita ini juga digunakan untuk kamera yang dibuat oleh Eastman Kodak pada tahun 1923. Ternyata proses film dengan pita ini cukup disukai oleh para pembuat film, terutama yang anggaran dananya ketat. Ukuran 16 mm itu mengacu pada jarak diagonal tiap frame pita.
Sementara itu di Indonesia, penggunaan pita film inilah yang banyak ditemukan. Variasi lain dari pita ini adalah ukuran Super 16 mm. Perbedaannya hanyalah ukuran diagonal framenya yang lebih besar dari pita 16 mm.

Pita 35 mm
Pita ini ditemukan oleh William Dickson dan Thomas Edison. Inilah jenis pita yang menjadi favorit banyak pekerja film dan menjadi standar industri film saat ini. Terutama karena kualitas gambar pita jenis ini masih jadi yang terbaik dibanding jenis lain.
Ukuran pita ini sama dengan pita dalam fotografi, bedanya pada kamera foto posisi pita ini horizontal sedangkan pada kamera film posisinya vertikal. Sepanjang sejarahnya, pita ini sudah mengalami banyak modifikasi dari yang tadinya hitam putih menjadi warna, hingga akhirnya juga bisa menangkap suara.

Pita 65mm dan 70mm
Yang terakhir, ada pita dengan ukuran 65 mm dan 70 mm. Tapi kedua jenis pita ini akan memakan biaya produksi yang besar hingga menjadi tidak populer. Di Indonesia pun jarang ada bioskop yang bisa menayangkan format ini, sebab proyektor yang digunakan haruslah proyekor berukuran 70 mm. Film yang menggunakan jenis kamera ini biasanya adalah film-film IMAX.

0 komentar: